
Stasiun Malang Kotalama adalah stasiun
kereta api tertua di Kota Malang yang dibangun pada tahun 1879.
Penambahan nama "Kotalama" dimaksudkan untuk membedakan dengan Stasiun
Malang Kotabaru yang dibangun pada tahun 1941 untuk menampung
meningkatnya jumlah penumpang. Stasiun Malang Kotalama dibangun sebagai
bagian dari rute kereta api jalur Surabaya — Pasuruan — Malang yang dibangun pemerintah kolonial Belanda melalui perusahaan Staats Spoorwegen (SS), untuk mengangkut hasil bumi dari Malang dan sekitarnya ke Pelabuhan Tanjung Perak. Pembangunan tersebut dimulai pada tahun 1875 untuk jalur Surabaya — Pasuruan dan dilanjutkan untuk jalur Pasuruan — Malang yang diresmikan pada tahun 1879.
Stasiun Malang Kota lama berada pada
ketinggian +429m diatas permukaan laut sehingga jalur menuju stasiun ini
dapat dikatakan sebagai jalur yang paling terjal. Khususnya pada lintas
Bangil - Lawang (+ 18 km dari Malang) dimana kemiringan tanjakan rel mencapai lebih dari 15 per mil, sehingga perjalanan kereta api menjadi lebih lambat.
Bangunan emplasemen yang menempel di
belakang bangunan pintu masuk, sederhana tetapi unik dengan struktur
kayu dan atap pelana. Pada puncak atap terdapat vestibule yang berfungsi
untuk memasukkan cahaya matahari.
Bentuk bangunan Stasiun Malang Kotalama sederhana namun memiliki gaya
arsitektural yang unik karena penggunaan struktur utama dari material
kayu. Stasiun ini terdiri dari dua bangunan yang berdempetan yaitu
bangunan pintu masuk, tempat pejualan tiket dan ruang-ruang kantor,
serta bangunan peron dan emplasemen. Bangunan pintu masuk dan kantor
berbentuk sederhana memanjang dengan atap pelana satu arah. Struktur
utama kayu yang dipadukan dengan dinding bata tebal membuat bangunan ini
terlihat cukup kokoh.
Bangunan stasiun yang digunakan hingga
sekarang itu sesungguhnya adalah bangunan tambahan yang dibangun pada
tahun 1911 karena bangunan lama tidak mampu menampung peningkatan jumlah
penumpang. Awalnya stasiun dibangun di sisi timur emplasemen sehingga
pada saat turun penumpang akan dapat melihat pemadangan indah Pegunungan
Panderman. Bangunan lama tersebut sekarang difungsikan untuk kantor dan
gudang alat-alat perawatan kereta.
Detail konstruksi kayu pada pertemuan
antara kuda-kuda, kolom dan balok horisontal terlihat sangat kokoh.
Banyak bagian yang batangnya terdiri dari batang ganda yang berfungsi
sebagai batang tarik. Setiap sambungan diikat dengan pelat baja yang
dibaut.
Kusen dan daun pintu terbuat dari kayu
yang diprofil dan berbentuk lengkung pada bagian atas. Material kayu
digunakan pada berbagai bagian bangunan termasuk pintu-pintu dan jendela
berikut kusennya yang tebal. Kayu yang digunakan adalah kayu jati
berusia cukup tua sehingga sangat kuat, dan iklim pegunungan kota Malang
yang sejuk turut mengawetkannya hingga sekarang. Kolom kayu dengan
konstruksi ganda yang terdiri dari batang tegak dan batang miring
membuat struktur ini lebuh kuat.
Sumber:: http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=210%3Astasiun-malang-kota-lama&catid=57&lang=id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar